Tulisan ini bukanlah satu bentuk kajian yang nantinya akan memberikan satu pengaruh baik dukungan ataupun penolakan karena dalam hal ini penulis hanya ingin menyampaikan suatu hasil perenungan pribadi sehingga bagi para pembaca yang nantinya memiliki singgungan dengan issue yang ada agar tidak menaruh satu judgement yang negatif, karena tenang saja dalam tulisan ini tak ada unsur untuk mengakomodir suatu gerakan.
Perbincangan mengenai pembangunan proyek kawasan industrialisasi sedang ramai menjadi suatu isu polemik di masyarakat, mulai dari dukungan, penolakan atau bahkan sikap ketidakpedulian pada wacana tersebut, penyikapan masyarakat juga tentunya berdasarkan latar belakang yang berbeda, semisal masyarakat yang mendukung adanya kawasan industrialisasi ini karena sudah yakin dan percaya dengan semua kebijakan yang diputuskan oleh pemerintah adalah satu kebenaran mutlak, ada pula yang mendukung dengan melihat adanya peluang keuntungan (kebermanfaatan) bagi dirinya ataupun untuk masyarakat dan ada pula yang menolak karena mengetahui skala prioritas pembangunan yang pada dasarnya harus didahulukan.
Baik kita lanjutkan, tulisan ini sebenarnya hanya ingin merespon terkait wacana industrialisasi yang menjadi menjadi perbincangan khususnya di wilayah kab. Batang, melihat berbagai respon yang muncul baik bentuk dukungan ataupun kehawatiran yang diungkapkan masyarakat, minimal disini mari kita menganal Batang dari satu sudut kecil terlebih dahulu.
Kabupaten Batang Sedari dulu sudah kita kenal sebagai wilayah agraris dan maritim. Dengan sumber daya alamnya yang terbentang dari lereng gunung prau sampai wilayah pesisir serta wilayah laut jawanya yang sebagian besar adalah wilayah produktif dengan hasil buminya, Batang wilayah selatan dengan produktivitas pertanian sayur-sayurannya kentang, kubis, cabai, wortel dan lainya, serta Batang sisi utara dengan wilayah persawahannya yang hijau pengahasil padi dan umbi umbian. Kemudian wilayah lautnya yang tentu masih kita percayai sebagai kekayaan alam yang tiada habisnya, serta wilayah hutannya yang masih menjadikan kab. Batang sebagai penyumbang udara bersih di Indonesia, hari ini harus dibenturkan dengan satu tatanan baru, iya benar, pembangunan kawasan industri yang secara tidaklangsung akan menjadikan pergeseran-pergeseran sosial, perpindahan tatanan masyarakat menjadi masyarakat urban, yang menjadi pertanyaan mendasar adalah apakah Batang sudah siap dengan perubahan-perubahan tersebut? Atau benarkah Batang membutuhkan Industrialisasi?
Melihat pola perekonomian masyarakat di kabupaten batang sebagai pegiat ekonomi mikro serta menengah, dengan sumberdaya alam yang melimpah hari ini tidak ada yang mengarah pada kebutuhan industrialisasi terpusat seperti yang hari ini coba dicanangkan.
Logika industri tentu berbeda dengan logika masyarakat, keuntungan menjadi titik fokus berjalannya industri, sehingga masyarakat harus lebih jeli dan kritis menghadapi tantangan kedepan. Hari ini mari kita lihat lebih jauh ketika ada opini industrialisasi adalah jawaban pembangunan perekonomian skala wilayah atau bahkan nasional, seberapa seriuskah pemerintah daerah dalam upaya peningkatan perekonomian masyarakat petani di Batang? Hayooo jangan-jangan petani masih berjuang sendiri untuk bagaimana meningkatkan tingkat produktivitasnya.
Kemudian akan muncul kembali pertanyaan, iya untuk mereka yang punya sawah, lah kita ndak punya sawah e, tentu pemerintah memiliki wewenang untuk menjawabnya, yang pada dasarnya segala kebijakan harus berdasarkan kemaslahatan. Maslahat yaitu kebaikan dan kebermanfaatan dengan meminimalisir kejelekan. Satu upaya yang sebenarnya dapat digalakkan oleh pemerintah daerah yaitu manufaktur industry berbasis ekonomi kerakyatan, bagaimana pemerintah daerah mau turun dan konsisten mengawal pembangunan ekonomi mulai dari bawah, pembangunan koperasi, UMKM serta industri yang dikelola oleh masyarakat. Akan tetapi mungkin saja pembacaan potensi oleh pemerintah hari ini sedikit berbeda.
Sebenarnya pada akhir 2018 di Batang pernah dicanangkan program one village one product oleh bapak Bupati, dengan harapan setiap desa mampu membuat minimal satu produk andalan desanya sebagai penyiapan batang heaven of asia 2022. Program yang sangat berani dan visioner dari pemerintah kabupaten batang yang penulis sendiri masih belum sanggup untuk membayangkan komponen-komponen apasaja yang dapat menjadikan batang sebagai surganya asia, tentu yang pasti adalah sumber daya manusia untuk menyambutnya, masyarakat yang mampu mencintai daerahnya dengan sinergi pembangunan bersama pemerintah daerah untuk mengoptimalkan segala potensi yang ada. tetapi entah bagaimana keberlanjutannya hari ini atau bagaiamana keseriusan pemerintah dalam upaya mendorong program tersebut. Dari segi pelatihan hingga pendampingan menuju pemasaran nasional.
Sehingga hari ini penulis masih terbingungkan dengan dimana poros pembangunan kabupaten Batang?
Dari penulis pribadi pada dasarnya bukan orang yang anti pembangunan, akan tetapi mungkin tidak untuk hari ini dan alangkah baiknya pembangunan industri secara pandangan ekologi untuk dibangun diatas wilayah yang kondisi geografisnya kurang produktif.
Kembali lagi apakah batang siap dengan industrialisasi untuk hari ini ?
Panulis: Nabbiul Ma’arif/Forkombi