Forkombi, (30/3) – Himpunanan Mahasiswa Batang Rantau (HIMBARA) menggelar Webinar Nasional dengan mengusung topik “Strategi Mengatasi Dampak Lingkungan Kawasan Industri Terpadu Batang, Kita Bisa Apa?” pada Kamis (25/3). Meskipun dilaksanakan secara virtual melalui platform Zoom Meeting, namun antusias masyarakat sangat tinggi, hal ini dibuktikan dengan hadirnya lebih dari enam puluh-an peserta dari berbagai kalangan masyarakat.

Webinar Nasional ini menghadirkan tiga orang narasumber, yakni Endro Suryono, ST., MT. (Kepala Bidang Prasarana Jalan dan Jembatan DPUPR Kab. Batang), M. Aminuddin, S.IP. (Social Specialist in Earthworm Foundation Indonesia), serta Agus Winoto, S.Pd. (Ketua Batang Bumi Lestari).

Webinar dibuka dengan sambutan dari Teguh Dwi Janarko selaku perwakilan Paguyuban Masyarakat Batang (PMB). Dalam sambutannya, ia mengajak generasi muda Kabupaten Batang untuk terus menumbuhkan rasa kepedulian terhadap daerahnya, salah satunya dengan cara mengawal berbagai isu yang tengah terjadi di wilayah Kabupaten Batang melalui berbagai ruang diskusi terbuka semacam ini.

Pemaparan materi oleh Endro, ST., MT

Acara berlanjut pada Sesi pemaparan materi yang diawali oleh Endro Suryono, ST., MT. selaku Kepala Bidang Prasarana Jalan dan Jembatan DPUPR Kab. Batang. Dalam paparannya, ia menjelaskan tentang Latar Belakang Masterplan Proyek Pembangunan Kawasan Industri Terpadu Batang (KIT-B) yang merupakan salah satu proyek strategis nasional.

“Dikutip dari pernyataan Novel Arsyad selaku Direktur Utama PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. Bahwa lokasi proyek KIT Batang ini sangat strategis dan menjadi kawasan yang optimal untuk investasi kawasan industri. Proyek KIT-B diposisikan sebagai percontohan kerja sama antara Pemerintah dan BUMN. Hal ini sekaligus menjadi pendukung dalam kemajuan perkembangan Kabupaten Batang. “ Ujarnya, dalam sesi materi webinar.

Endro juga menjelaskan bahwa ada beberapa sektor industri yang akan hadir diKIT-B, diantaranya industri makanan & minuman, industri ICT & elektronik, industri kimia, industri tekstil, serta industri otomotif.

Pemaparan materi oleh M. Aminuddin, S. IP

Webinar dilanjut dengan pemaparan materi kedua yang disampaikan oleh M. Aminuddin, S.IP, selaku Social Specialist in Earthworm Foundation Indonesia. Dalam Paparannya, ia menghimbau kepada masyarakat bahwa dalam menghadapi pembangunan Mega Proyek ini harus disikapi dengan bijaksana dan tidak hanya dilihat dari satu arah saja. Karena menurutnya, pembangunan adalah sebuah keniscayaan, tidak adanya pembangunan sama saja dengan stagnasi dan kemandegan peradaban. Sehingga think global act local menjadi nasihat yang komprehensif bagi masyarakat daerah KIT-B, tanpa meninggalkan sikap pengawasan selama pembangunan berlangsung. Ia lebih banyak menekankan pada dampak non-fisik seperti Shock Culture, Kontestasi Pencari kerja, Konflik Horizontal, serta bertambahnya biaya hidup karena menurunya kualitas Alam.

Aminudin menelaah dampak Pembangunan Mega Proyek ini melalui 3 tahap; Pertama, Tahap Persiapan (Penyusunan Masterplan) yang termasuk persiapan sosial, kedua Tahap Pembangungan (Konstruksi), serta Tahap Operasi dan Pemeliharaan.

Pemaparan materi oleh Agus Winoto, S. Pd

Pemaparan Materi terakhir disampaikan oleh Agus Winoto, S.Pd selaku Ketua Batang Bumi Lestari, yang menjelaskan terkait solusi dalam penanganan dampak lingkungan yang timbul akibat proyek KIT-B. Ia mengatakan bahwa ketidakseimbangan ekosistem akan muncul ketika manusia beraktivitas tidak ramah lingkungan. Pembangunan mega proyek KIT-B tersebut mau tidak mau akan mengundang beragam dampak di lingkungan sekitar proyek tersebut. Oleh karena itu, sebagai perwakilan dari komunitas Batang Bumi Lestari (BBL) menyarankan untuk menggunakan konsep ekologi industri.

“Konsep ekologi industri yaitu mengintegrasikan antara kegiatan industri dan lingkungan untuk mewujudkan efesiensi lingkungan. Sebuah konsep dimana suatu industri dapat melakukan kerja sama untuk memanfaatkan limbah yang dihasilkan, untuk kemudian dijadikan input pada industri lainnya.” Ujarnya, dalam sesi webinar.

Ia juga menuturkan bahwa ekologi industri harusnya diterapkan di tiap industri yang terlibat dalam kawasan yang kemudian dikenal dengan Eco Industrial Park.

Di penghujung rangkaian acara, para peserta webinar berkesempatan untuk berdiskusi secara interaktif dengan para narasumber melalui sesi tanya-jawab yang dipandu oleh moderator hingga berakhirnya acara.

Laura, selaku Ketua Himbara berharap semoga adanya webinar ini dapat menumbuhkan rasa peduli pemuda-pemudi kabupaten Batang untuk melihat isu lingkungan yang terjadi didaerahnya,

“Saya berharap adanya webinar ini dapat membuka mata para pemuda/i serta seluruh masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Terlebih Kab. Batang diprediksikan akan menjadi kota industri. Hal ini tidak dapat kita tolak, akan tetapi kita harus mencari tau solusi dari dampak pembangunan industri di Batang,” ungkapnya. (JurnalistikForkombi/Adhim/Bun)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here