INI adalah kali kedua saya membaca buku karya Sumanto Al Qurtuby, seorang Profesor Antropologi yang berasal dari Kabupaten Batang, kampung halaman saya. Buku pertama yang saya baca adalah tesis Prof. Manto, demikian beliau akrab disapa, saat kuliah di Program Pascasarjana Agama dan Masyarakat, Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga.

Tesis yang saya baca sudah berbentuk buku yang berjudul “Arus Cina-Islam-Jawa: Peranan Tionghoa dalam Penyebaran Islam di Nusantara Abad 15 & 16”. Buku tersebut merupakan salah satu buku sejarah yang sangat membekas dalam diri saya.

Sejarah yang dimuat dalam buku itu menjadi pendobrak arus narasi sejarah yang selama ini diyakini oleh kita. Masuknya agama Islam di Nusantara selalu identik dengan teori India ataupun Arab dan selalu mengesampingkan teori Cina.

Buku tersebut berupaya untuk menyuguhkan narasi sejarah yang dikesampingkan itu. Dalam buku tersebut diungkap mengenai peran penting Cina dalam penyebaran agama Islam.  Betapa berjasanya kaum Tionghoa dalam mengislamkan masyarakat Nusantara, khususnya di pulau Jawa.

Pada buku kedua yang berjudul “Indahnya Keragaman: Catatan Perjalanan dari Saudi sampai Amerika” ini, saya kembali dibuat takjub akan isi yang terkandungnya. Prof. Manto tidak hanya menyajikan reportase perjalanan, melainkan menyajikan banyak pelajaran berharga bagi saya sebagai pembaca.

Prof. Manto mengantar saya menelusuri kehidupan di berbagai daerah seperti Arab Saudi dan Amerika. Selain membawa saya merasakan kehidupan di suatu daerah, Prof. Manto juga mengenalkan saya pada tokoh-tokoh inspiratif yang ia kenal dan banggakan. Mulai dari Leymah Gbowee –aktivis peraih Nobel Perdamaian- hingga bapak Prof. Manto sendiri yang menjadi seorang modin kampung di Desa Manggis, Kecamatan Tulis, tempat Prof. Manto lahir.

Buku Indahnya Keragaman merupakan kumpulan artikel Prof. Manto yang dibawakan secara personal dan bersifat reflektif-kontemplatif. Terdiri dari kata pengantar dan 12 artikel, buku ini benar-benar membuka perspektif kita akan keragaman dan bagaimana kita seharusnya hidup di dalamnya.

Seorang pengembara pastinya memiliki pandangan yang luas mengenai keragaman yang ada di setiap tempat yang ia kunjungi. Pandangan tersebut semestinya menjadi bekal untuk menjadikannya seorang yang toleran, inklusif, dan humanis. Seperti yang diterangkan Prof. Manto dalam kata pengantar buku ini.

Dengan gaya penulisan yang santai atau anti-njlimet, Prof. Manto mampu mengantar pembaca menemukan makna dari kehidupan, peristiwa, dan tokoh yang dihadirkan dalam buku. Pengalaman yang dimiliki Prof. Manto dituangkan dalam buku dan isinya sarat akan nilai kemanusiaan.

Pluralitas Arab Saudi, komunitas Mennonite di Amerika yang disebut Prof. Manto bersifat konservatisme inklusif, dan hidup bersama seorang Kristen Sekuler yang baik hati adalah sebagian hal yang dibahas dalam buku.

Prof. Manto juga mengekspresikan kekaguman terhadap seorang tokoh lewat tulisan yang dimuat dalam buku. John Titaley, Leymah Gbowee, Kiai Sahal, dan Soeroto bin Cermo yang merupakan Bapaknya sendiri merupakan tokoh-tokoh yang ditulis dalam buku. Setiap tokoh yang disebutkan selalu mengajarkan arti kemanusiaan.

John Titaley sang Kristen sejati dengan cinta kasih yang teraktualisasi dalam kepribadiannya. Leymah Gbowee dengan inisiasinya memimpin ribuan kaum perempuan untuk melakukan aksi damai menolak perang saudara yang ada di Ghana. Kiai Sahal dengan fiqh sosialnya yang merakyat. Soeroto bin Cermo dengan kesederhanaan dan laku hidup harmoni bersama sahabat yang berbeda agama dengannya.

Selain nilai kemanusiaan, Prof. Manto juga mengajarkan nilai perjuangan hidup yang dicontohkan dari kehidupannya sendiri. Seorang yang tumbuh di desa kini bisa menjadi Guru Besar Antropologi King Fahd Petroleum and Minerals University. Selain karena kesadaran bapak untuk menyekolahkan anaknya, ketekunan dan semangat belajar yang tak mengenal gengsi turut menjadi faktor penting pencapaian Prof. Manto saat ini.

Melalui buku ini saya belajar bahwa membaca menjadi salah satu kunci agar kita mampu bersikap toleran, inklusif, dan humanis. Membaca realitas sekitar dan interpretasi kita terhadap realitas tersebut menjadi aspek penting untuk mewujudkan ketiganya.

Sehingga semakin sering kita melihat banyak realitas -baik itu melalui pengalaman atau buku, kita semakin mampu menjadi seorang yang paham dan mengaktualisasikan nilai kemanusiaan dalam diri kita masing-masing.

Harapan Prof. Manto pada pembaca tertuang dalam kata pengantar. Ia berhadap buku ini bisa membuka mata hati dan alam pikiran kita bahwa sumber kebaikan dan kebajikan dapat kita peroleh dari mana saja dan bisa menggugah kita tentang makna pentingnya hidup harmoni antar sesama manusia.

Pada akhirnya, harapan tersebut dapat terwujud bukan hanya melalui kata-kata. Melainkan pada laku hidup kita sebagai manusia. Toh, sudah selayaknya dan semestinya manusia memanusiakan manusia yang lain bukan?

Muhammad Zhur Rifqi tinggal di Kauman Batang. Saat ini menempuh pendidikan di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Dapat ditemui di instagram @zhurrifqi.

Identitas Buku

Judul        : Indahnya Keragaman

Penulis     : Prof. Dr. Sumanto Al Qurtuby, M.A., M.Si

Tebal        : 328 halaman

Tahun       : 2016

Penerbit   : Nuansa Cendekia Publishing

ISBN         : 978-602-350-115-1

Editor: Muhammad Fajar Sodik

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here