Bidang seorang sarjana adalah berpikir, menciptakan hal baru dan bagaimana inovasi dapat berjalan. Mahasiswa harus segera bebas dari situasi dan kondisi masyarakat yang carut marut. Tapi, mahasiswa juga tidak bisa bebas dari fungsi sosialnya, yakni bertindak demi tanggung jawab sosialnya. Kaum intelek yang acuh saat keadaan mendesak telah melunturkan nilai-nilai dari kemanusiaan dan keilmuan.

Kawanku, Mahasiswa harus mampu merubah kekacauan menjadi ketenangan, harus mampu merubah kesedihan menjadi senyuman, dan harus mampu merubah keberat sebelahan menjadi sebuah keadilan. Peran itulah manifestasi dari keilmuan, nilai dari seorang manusia yang sudah mengenyam pendidikan.

Sahabatku, Termasuk dalam dunia politik. Seorang sarjana jangan anti terhadap politik. Dalam dunia politik itulah semua pemangku jabatan dikendalikan. Putusan dan kebijakan adalah hasil dari politik. Arah dari keberpihakan mana yang dititik beratkan pun tergantung bagaimana tujuan dari pemangku keputusan tadi. Saat pemangku jabatan dan pemangku keputusan diduduki oleh orang-orang tak beridealitas, maka kita siap saja menerima keadaan yang semakin memburuk, kita siap untuk menikmati situasi yang tidak berpihak kepada wong cilik.

Rekanku, kata Gie politik adalah kubangan lumpur yang kotor namun politik juga sebuah keniscayaan kata mbah Gusdur. Tergantung sudut pandang mana yang akan kita ambil. Politik seharusnya menjadi sebuah keniscayaan yang indah. Keberpihakan kepada masyarakat kecil, kebijakan yang menolong rakyat itulah sebenarnya nilai dari keniscayaan politik. Namun, realita tak bisa kita pungkiri bahwa sekarang politik masih menjadi sebuah kubangan lumpur yang kotor, isinya hanya orang-orang yang hanya ingin memperbesar perutnya sendiri, menyukupi kepentingan kelompoknya dan “hokya-hokya” jika ada proyek yang didapatkan.

Tapi, begini kawanku jika suatu saat dimana kita tak bisa menghindari diri lagi maka terjunlah ke lumpur itu. Bukan hanya sebatas merealisasi politik praktis, bukan sekedar saja menjadi politisi. Banyak cara yang bisa kita lakukan dalam pekerjaan apapun namun tetap dengan satu tujuan, menjaga kebijakan agar selalu berpihak kepada rakyat, itulah nilai dari politik yang sebenarnya. Jaga dan pupuklah tujuan itu, dimanapun kita berada. Dan haruslah ada peran mahasiswa masuk disitu, agar selalu terjaga check and balance, agar mereka tak semena-mena dalam mengambil keputusan. Sekali lagi, mahasiswa harus selalu berperan dalam suatu kebijakan yang diambil.

Mahasiswa bukanlah sebuah musuh dari pemerintah, mahasiswa bukanlah pula hanya sebatas teman dengan pemerintah. Jika dirasa suatu kebijakan sudah berpihak dengan masyarakat, maka kita wajib dukung kebijakan tersebut dan kawal sampai terealisasi dengan baik. Disisi lain jika kebijakan tersebut jauh dari kepentingan masyarakat maka mahasiswa jangan hanya diam. Kita harus sampaikan bahwa kebijakan itu harus dirubah sampai pada titik dimana masyarakat umum dapat merasakan kenyamanan dari kebijakan tersebut.

Kawanku mahasiswa, jangan hanya asik dengan aplikasi Tik Tokmu, jangan hanya bangga dengan berapa like foto Instagrammu, jangan jumawa dengan berapa tinggi rank game Mobile Legendmu dan Jangan pula sebatas cukup memiliki IPK Cumloude, Itu semua bukan nilai dari pendidikan yang sebenarnya. Tanggung jawab sosial ada dipundakmu, menciptakan senyuman dalam bibir masyarakat adalah hasil nyata dari pembelajaranmu di bangku sekolah.

Sedulurku mahasiwa khusunya di Batang, sekali lagi untuk jangan apatis dan phobia dengan politik. Seluruh kebijakan bidang apapun itu tak bisa dijauhkan dengan nilai politik. Untuk itu mari kita buka cakrawala kita untuk belajar dan realisasikan bagaimana politik itu mampu menjadi keniscayaan, agar keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia bukan hanya sebatas tulisan.

Terakhir, jika kebijakan yang tidak berpihak dengan rakyat muncul dan mahasiswa sudah mencoba seluruh proses namun hasil masih nihil, pesanku jangan enggan untuk turun kejalan, jangan takut kulitmu hitam untuk menyampaikan aspirasi di jalan. Hiasi jalan pantura itu dengan ban dan api agar mereka tau bahwa mahasiswa di Batang masih ada.

Hidup mahasiswa!

(Arthur Erwin Prikurnia/Koordinator Pusat Forkombi 2018/2019)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here