Sejak 2017 ketika baru pertama kali menjadi seorang mahasiswa, saya telah bergabung ke dalam organisasi Forum Komunikasi Mahasiswa Batang Indonesia (FORKOMBI) atas rekomendasi dari ketua ORMADA Kembang Sutera pada saat itu. Hal ini mungkin akan menimbulkan permasalahan jika ini terjadi pada saat ini, karena memang, di dalam AD/ART FORKOMBI saat ini, syarat wajib menjadi pengurus FORKOMBI adalah ketika anak tersebut telah selesai urusannya di ORMADA. Namun memang pada tahun saya masuk, pasal ini belum ada, sehingga saya bisa masuk dengan mudah yang mana pada saat itu saya juga masih digodok di dalam ORMADA saya sendiri.
Sudah tiga periode saya tergabung ke dalam kepengurusan dan sudah tiga Ketua yang saya ikuti. Jika mengacu pada tahun, maka tahun ini adalah tahun ke-4 saya bergabung, yang mana berarti, selama saya menjadi mahasiswa, saya mengabdikan diri ini untuk berkembang dan berproses di dalam FORKOMBI. Selama itu, saya kerap kali melihat, bagaimana proses dan tumbuh-kembangnya FORKOMBI dan ORMADA dari tahun-ke tahun.
Tak jarang saya juga melihat permasalahan-permasalahan yang terjadi yang kurang lebih memilki kemiripan hampir di setiap tahunnya. Masalah seperti kurangnya mahasiswa yang tertarik untuk bergabung ke ORMADA, kegiatan ORMADA yang kurang berjalan akibat adanya kekurangan anggaran, hingga masalah yang sering dibahas yaitu tentang FORKOMBI yang kurang ikut andil dalam membersamai ORMADA. Ketiga masalah tersebut adalah masalah-masalah yang sering menjadi trending topic setiap tahun ketika ada pembahasan antara FORKOMBI dan ORMADA.
Maka dari itu, saya memiliki sebuah teori yang mungkin dapat diimplementasikan. Teori saya bagi menjadi 2 bagian, yaitu untuk FORKOMBI dan untuk ORMADA. Teori ini juga merupakan hasil pemikiran-pemikiran kawan-kawan yang kemudian saya rangkum dan saya tuliskan ke dalam tulisan ini, supaya nantinya menjadi sebuah tulisan yang dapat kita baca di mana dan kapan saja ketika kita membutuhkannya.
Pertama, teori untuk pengembangan FORKOMBI. Dalam teori ini akan saya bagi menjadi 4 bagian, di antaranya:
1. Pembagian FORKOMBI Menjadi Dua Bagian: Bidang Eksternal dan Internal
Pembagian ini dimaksudkan untuk mempermudah kerja pengurus FORKOMBI dan menjangkau lebih luas jangkaunnya ke depan. Di mana pada Bidang Internal akan berfokus pada pemenuhan kebutuhan ORMADA serta pengurus FORKOMBI. Bidang Internal memiliki peranan penting dalam mengetahui kondisi ORMADA-ORMADA yang tergabung dalam Forum Komunikasi Mahasiswa Batang Indonesia.
Melalui bidang internal, FORKOMBI memutuskan kebijakan yang nantinya akan diterapkan pada ORMADA terkait dengan mempertimbangkan dari usulan para ketua ORMADA. Dalam bidang ini, akan diwakilkan oleh Sekretaris Jendral (Sekjend) FORKOMBI.
Kemudian pada bidang eksternal, bertugas untuk mencari jaringan seluas-luasnya kepada lembaga-lembaga eksternal baik pemerintahan atau pun non pemerintah untuk memberikan nilai tawar terhadap organisasi FORKOMBI. Bidang ini nantinya yang akan menjadi tugas utama dari Koordinator Pusat yang di mana dalam pelaksanaannya akan dibantu oleh Tim Ahli dari bidang eksternal.
2. Sinergitas Antar-Lembaga Pemerintah dan Non-Pemerintah
Mengingat Kabupaten Batang nantinya akan memiliki perubahan sangat besar, maka sinergitas antar lembaga dibutuhkan untuk FORKOMBI. Mengacu pada Teori strategi pertama, hal ini akan dilakukan oleh Bidang Eksternal yang akan mencari jaringan ekstra seluas-luasnya dan tidak dipungkiri akan dibantu oleh Pengurus Pusat FORKOMBI lainnya.
3. FORKOMBI adalah Formatur, Pelaksananya ORMADA
FORKOMBI hanya memiliki kewenangan untuk menjadi Formatur, sedangkan pelaksana kegiatan adalah ORMADA. Mungkin akan terlalu bias, namun coba saya jabarkan. Semisal ada lembaga yang hendak mengajak kerjasama yang melibatkan Mahasiswa. Karena FORKOMBI dirasa memiliki legalitas karena berbadan hukum, maka lembaga tersebut mengajak FORKOMBI untuk berkolaborasi.
Di sini FORKOMBI tidak bisa membentuk panitia yang kemudian diisi oleh orang-orang dari FORKOMBI itu sendiri, melainkan FORKOMBI menawarkan program ini kepada ORMADA yang bisa menjalankan program tersebut atau FORKOMBI menawarkan program tersebut akan dilaksanakan bersama-sama atau cukup dengan satu ORMADA saja. Di sini ORMADA dan FORKOMBI saling menjaga komunikasi untuk mengetahui progress berjalannya program tersebut yang mana hasil laporan juga akan diserahkan kepada lembaga yang mengajak kerjasama.
4. Pembuatan Forum-forum yang Dapat Menggabungkan Mahasiswa Batang sesuai dengan Bakat dan Minatnya
Hal ini dilakukan semata-mata untuk menjaring talenta-talenta terbaik ORMADA sesuai bakat dan minatnya. Mereka dikumpulkan menjadi satu untuk membetuk suatu Forum bersama yang di dalamnya akan berdiskusi untuk pengembangan potensi dirinya sesuai bakat dan minat yang diambilnya. Ini merupakan langkah solusi yang praktis untuk bisa mewadahi para Mahasiswa Batang.
Kedua, teori untuk pengembangan ORMADA. Dalam teori ini akan saya bagi menjadi 3 strategi, di antaranya:
1. ORMADA Bukan HMJ atau BEM
Mengingat ORMADA adalah sebuah organisasi independen yang berporos pada kebudayaan asal daerah, maka organisasi ini memiliki culture tersendiri yang mana tidak bisa disamakan dengan HMJ ataupun BEM.
Poros gerak ORMADA harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing dari anggota ORMADAnya. Contoh konkrit yang sering terjadi adalah, ketika orang-orang ORMADA bergabung kedalam HMJ, kemudian membawa culture HMJ ke dalam ORMADA nya, di mana HMJ sering sekali mengadakan Event dan karena ini dibawa ke ORMADA, maka orientasi ORMADA adalah membuat event.
Alih-alih berfokus pada pengembangan anggota dan sistem yang ada di dalamnya, ORMADA memilih membuat event sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan kondisi organisasi, sehingga anggota yang di dalam merasa kewalahan dan tidak sanggup jika harus memiliki beban kerja yang sama dengan HMJ, yang di mana sistem dan anggaran organisasi mereka sudah terbentuk. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya minat mahasiswa batang untuk bergabung ke dalam ORMADA. Dikarenakan sistem yang ada akan mempekerjakan mereka dua kali lebih ekstra daripada sistem yang ada pada organisasi seperti HMJ ataupun BEM.
2. ORMADA berfokus pada Pengembangan Sistem Organisasi dan pemberdayaan Komunitas (Community Empowerment)
Tidak jauh berbeda dengan point pertama, bahwa ORMADA khususnya ORMADA yang baru akan berkembang dan belum memiliki sistem organisasi yang mapan serta ikatan alumni yang baik, maka pemberdayaan anggota adalah salah satu hal yang dapat mengatasi hal tersbut. Jika dibandingkan banyak membuat suatu event yang sekali dalam setahun, maka Diskusi akan menjadi pilihan terbaik untuk membuat berkembang para anggotanya.
Dengan diskusi, cost yang harus dikeluarkan pun akan lebih sedikit dibanding dengan membuat acara event sekali jadi. Dikusi-diskusi ringan tentang perkuliahan, ORMADA, atau hal lain yang dapat menarik simpati mahasiswa terlebih dahulu. Jika culture tersebut sudah tertata dengan baik, mahasiswa sudah timbul rasa suka dengan ORMADA nya, maka berlanjut ke jenjang berikutnya, yaitu pembuatan sistem dan juga ikatan alumni yang kuat, sehingga ketika ORMADA hendak menyelenggarakan event yang cakupannya luas, maka tidak akan kesulitan baik dalam SDM ataupun cost acara tersebut.
3. Pemberian Penghargaan sebagai wujud apresiasi kepada anggotanya
Hal ini yang sering saya temui di setiap ORMADA, khususnya ORMADA yang baru merintis. Bahwa mereka lupa untuk memberikan penghargaan kepada anggotanya yang sudah mencurahkan tenaga, pikiran, maupun usaha untuk memajukan organisasi. Dengan memberikan penghargaan kepada anggota, maka ORMADA memiliki rasa tanggung jawab dan terima kasihnya kepada angggota karena telah mencurahkan segalanya untuk organisasi. Penghargaan bisa berwujud sertifikat kegiatan untuk pemateri, atau mungkin dapat berupa panggung untuk orang tersebut berekspresi di hadapan anggota ORMADA lainnya.
4. Menggaet tokoh-tokoh Mahasiswa Batang yang memiliki power di Universitas
Mungkin itu saja yang dapat saya sampaikan, Teori ataupun strategi di atas tentunya masih harus melalui pembahasan bersama lagi, agar strategi untuk FORKOMBI atau pun ORMADA tahun depan dapat berjalan dengan baik dan memiliki nilai yang dapat menjadi nilai tawar Organisasi.
Salam.
Adhim Bagas Wisnu Aji, Koordinator Pusat FORKOMBI Periode 2021-2022